MELANGKAH DI JALAN SENGSARA

Kamis Putih  – 6 April 2023

SAAT TEDUH

PL1 : ….   (mengajak jemaat bersaat teduh)

 

BERHIMPUN

PERSIAPAN

Penjelasan Ibadah ( oleh MJ )

Tujuh lilin telah menyala (6 lilin ungu, 1 lilin putih) ketika kebaktian dimulai.

Pembunyian lonceng 3X

AJAKAN BERIBADAH      (Berdiri)

Narator:

Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah.
Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: “Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan.”
Kata mereka kepada-Nya: “Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?”
Jawab-Nya: “Apabila kamu masuk ke dalam kota, kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air.
Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah? Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya.”

Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah.
(Lukas 22:7-13)

NYANYIAN

Gita Bakti 245 Hidupku Disentuh Oleh Kasih Tuhan

Hidupku disentuh oleh kasih Tuhan
dengan cara ajaib ‘ku disentuh-Nya
Giranglah hatiku walau aku cemas
‘Ku disentuh oleh kasih-Nya

Refrein:
Kasih besar Tuhanku menyentuh hidupku
lebih besar dari kasih yang dunia beri.

VOTUM

PF:
Pertolongan kita datangnya dari Tuhan, pencipta langit dan bumi, yang kasih setia-Nya kekal untuk selama-lamanya.

Umat:
(menyanyikan) PKJ 292 Amin

SALAM

PF:
Damai Tuhan besertamu!

Umat:
Juga besertamu!

RITUS PEMBASUHAN KAKI

PENGANTAR

(diiringi dengan instrumen nyanyian “Tuhanlah Cinta”)

PF:
Kristus, Sang Anak Domba yang Kudus telah menyempurnakan karya-Nya melalui kasih yang Ia tunjukkan.
Kasih membuat diri-Nya mau merendahkan diri di hadapan para murid,
cinta telah meruntuhkan segala tembok yang memisahkan relasi antar Allah dengan manusia.
Sebab, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi;
sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34)
Saat ini, marilah kita melatih diri untuk meneladani kesempurnaan cinta Allah melalui pembasuhan kaki.
Kita belajar untuk merendahkan diri di hadapan sesama, meruntuhkan kebekuan hati akibat gengsi dan egosentrisme.

NYANYIAN

Tuhanlah Cinta

Tuhanlah cinta, hiduplah bagi cinta kasih-Nya
Tuhanlah cinta, janganlah takut

PEMBASUHAN KAKI

PF:
Seperti Yesus membasuh kaki para murid di malam terakhir sebelum penyaliban-Nya,
pengenangan ini pun mengundang kita untuk membasuh dan membersihkan diri dari sikap-sikap hidup yang menunjukkan keberdosaan,
membawa kegelapan, dan membuat Yesus tersalib kembali.

Marilah kita menyambut undangan ini dengan hati yang terbuka untuk dibasuh dan dipulihkan oleh Tuhan.

(Ada perwakilan dari jemaat, 2 orang maju ke depan untuk dibasuh kakinya oleh Pendeta).

SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS

PENGANTAR   (Duduk)

PF :
Saat ini kita bersama-sama merayakan perjamuan kudus karena Tuhan Yesus Kristus sendiri yang menetapkan dan mengundang kita untuk melakukannya. Perjamuan Kudus ini diperuntukkan bagi saudara-saudara yang telah dibaptis dan mengaku percaya. Dengan penuh sukacita kami juga menyambut Saudara-saudara yang berasal dari gereja lain yang bersedia dan siap untuk merayakan perjamuan kudus bersama dengan kami saat ini. Agar perjamuan kudus ini sungguh menjadi berkat, selayaknyalah kita memeriksa diri masing-masing di hadapan Tuhan. Apakah kita hidup dalam damai dengan Allah? Apakah kita hidup dalam damai dengan sesama: isteri atau suami, orangtua atau anak, dengan saudara-saudara, teman dan tetangga, dan dengan siapa pun yang kita jumpai dalam kehidupan kita? Di dalam ketidaksempurnaan kita, Allah menyucikan kita dari segala dosa, membarui hidup kita, memampukan kita menjadi saksi kasih Kristus melalui hidup kita, dan melayakkan kita untuk merayakan perjamuan kudus saat ini.

PENGARAHAN HATI

PF :
Marilah kita mengarahkan hati kepada Tuhan

Umat :
Kami mengarahkan hati kepada Tuhan

PF :
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan, Allah kita.

Umat :
Sungguh layak bersyukur kepada-Nya.

DOA SYUKUR – PREFASI DAN SANCTUS-BENEDICTUS

PF :
Ya Allah yang kudus kami bersyukur kepada-Mu. Karya agungMu nyata di dalam hikmat dan kasihMu. Engkau membentuk kami serupa dengan gambarMu. Ketika dosa dan pemberontakan menjauhkan kami daripadaMu, Engkau tidak membiarkan kami dalam kuasa maut. Dalam anugerahMu, engkau datang menolong kami. Engkau memanggil kami, mengikat perjanjian dengan kami, lewat nabi-nabiMu, engkau mengajarkan kami tentang pengharapan akan keselamatan. Ketika tiba saatnya, Engkau mengirim Anak-Mu, Yesus Kristus, untuk menjadi Jalan, Kebenaran, dan Hidup bagi kami.
Kemuliaan-Mu kami agungkan, dalam paduan suara bersama para malaikat yang tak henti-hentinya menyanyi:

Umat : (menyanyikan)

KJ 310 – Kudus, Kudus, Kuduslah

Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Mahakuasa!
Sorga dan bumi penuh kemuliaanMu!
Hosana di tempat yang mahatinggi!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!
Hosana di tempat yang mahatinggi!

PENETAPAN PERJAMUAN KUDUS

PF :
Kita bersyukur karena Bapa Yang Mahakudus senantiasa menyertai kita, dan Kristus mengundang kita untuk mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini. Kita yakin bahwa Roh Kudus telah dicurahkan atas kita sehingga dengan iman, kita mengalami kehadiran Kristus bersama kita di sini.
Kristus, yang pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti …. (Pendeta mengambil roti) dan sesudah itu Ia mengucapkan syukur atasnya.
Ia memecah-mecahkannya dan berkata, “Inilah Tubuh-Ku yang kuserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”.
Kristus, yang juga mengambil cawan, sesudah makan… (Pendeta mengambil cawan), lalu berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku. Perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”

Umat :
Kematian Kristus kita wartakan!
Kebangkitan Kristus kita rayakan!
Kedatangan Kristus kita nantikan!

PERINGATAN AKAN KRISTUS

PF :
Pada saat ini kita hadir dalam peristiwa karya kasih Allah yang menyelamatkan dunia: kelahiran dan kehidupan Kristus, Anak-Nya di antara manusia, pembaptisan-Nya, perjamuan malam ter-akhir bersama murid-murid-Nya, kematian-Nya. Kita memberita-kan kebangkitan Kristus dan kenaikan-Nya ke sorga dalam kemuliaan, di mana Ia berdoa bagi dunia. Kita merindukan kedatangan Kristus kembali pada akhir zaman untuk menggenapi segala sesuatu. Maka sebagai persekutuan yang dipersatukan dengan dan dalam Kristus, kita mengingat pengorbanan Kristus yang menyelamatkan, yang dikaruniakan kepada umat manusia di semua tempat.

Umat :
Terpujilah Kristus!

PF :
Ketika kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini, Roh Kudus menolong kita sehingga kita dipersatukan dalam Kristus menjadi satu tubuh dan satu roh, dan menjadi persembahan yang hidup bagi Allah.

Umat :
Terpujilah Roh Kudus!

PF :
Melalui Kristus, dengan Kristus, dalam Kristus, semua hormat dan kemuliaan bagi Allah Bapa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, sekarang dan selamanya.

Umat :
Terpujilah Bapa, Anak, dan Roh Kudus!

DOA BAPA KAMI (Berdiri)

Pelayan Sakramen memimpin Doa Bapa Kami

SALAM DAMAI

PF :
Tuhan telah mengampuni dan mempersatukan kita. Oleh karena itu marilah kita hidup dalam damai dan pengampunan. Damai Tuhan besertamu!

Umat :
Dan besertamu juga!
(umat saling mengatupkan tangan sambil mengucapkan satu kepada yang lain:
“Damai Tuhan besertamu!”)

PEMECAHAN ROTI DAN PENUANGAN AIR ANGGUR (Duduk)

PF : (Sambil memecah-mecahkan roti)
Roti yang dipecahkan ini adalah persekutuan dengan tubuh Kristus.
(Sambil menuangkan air anggur ke cawan lalu mengangkat cawan)
Cawan minuman syukur ini adalah persekutuan dengan darah Kristus.
Ambillah!

PEMBAGIAN ROTI DAN AIR ANGGUR

Penatua membagikan roti dan air anggur ke umat

MAKAN DAN MINUM BERSAMA

PF :
Umat yang ada di ruangan ini maupun di rumah masing-masing, Ingat dan percayalah,
bahwa tubuh Tuhan kita, Yesus Kristus telah diserahkan bagi keselamatan dunia!
Makanlah! (umat memakan roti bersama-sama)

PF :
Ingat dan percayalah,
bahwa darah Tuhan kita, Yesus Kristus,
telah dicurahkan bagi keselamatan dunia!
Minumlah! (umat meminum anggur bersama-sama)

UNGKAPAN SYUKUR (Berdiri)

PF :
Pujilah TUHAN, hai jiwaku!

Umat :
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!

PF :
Pujilah TUHAN, hai jiwaku,

Umat :
dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!

PF :
Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,

Umat :
yang menyembuhkan segala penyakitmu,

PF :
Dia yang menebus hidupmu dari lubang kubur,

Umat :
yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,

PF :
Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,

Umat :
sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.
(Mazmur 103: 1-5)

(Meja perjamuan dapat dirapikan sesudah ungkapan syukur).

NARASI REFLEKTIF

PF :
Umat yang terkasih, ibadah Kamis Putih pada malam ini, akan kita ikuti melalui ritus “Tenebrae”.
Ritus “Tenebrae” yang berarti bayang-bayang mengajak kita untuk mengenang kegelapan kegelapan peristiwa penyaliban Yesus bersama dengan tokoh-tokoh Alkitab yang hadir dan turut melangkah di jalan kesengsaraan.

LONCENG 7X

TOKOH PERTAMA

Pemimpin yang revolusioner!
Melawan pemerintahan Romawi yang bengis!
Memberontak demi kemerdekaan Yahudi?
Itulah sosok Mesias yang didambakan Yudas Iskariot.
Saat dirinya dipilih Yesus menjadi murid-Nya,
ia percaya bahwa Yesus-lah sosok yang dia dambakan.

Pikirnya,
menyerahkan Yesus pada imam-imam kepala
menjadi jalan untuk mewujudkan kehendaknya.
Harga murah 30 perak rela ia sepakati
demi memaksa Yesus segera beraksi.

Tak pernah dia sangka kehendaknya untuk
menjadikan Yesus sebagai Mesias seperti bayangannya
justru membawa Yesus menuju kematian.
Penyesalan pun datang terlambat.

Yudas berkata:
“Aku telah berdosa karena menyerahkan
darah orang yang tak bersalah.”
(Mat. 27:4a)

Oleh karena memaksakan kehendak diri dan
mengabaikan kehendak Tuhan
Yudas Iskariot pun mengakhiri hidupnya
dengan penuh kemalangan.
Namanya pun dikenal sebagai pengkhianat.

REFLEKSI DIRI

Pembacaan refleksi diri diiringi dengan instrumen lembut/pelan NKB 14

PF:
Pernahkah saudara memaksakan orang lain untuk mengikuti apa yang menjadi kehendak saudara?
Atau bahkan saudara melakukannya pada Tuhan,
hingga saudara mengabaikan kehendak-Nya?
Apakah saudara pernah mengorbankan iman pada Kristus, demi memperoleh apa yang saudara dambakan?
Jauhkanlah pikiran saudara  dari rancangan-rancangan pribadi yang tidak sesuai kehendak Allah.
Padamkanlah segala ambisi dan kehendak diri yang dapat membuat orang terluka.
Ujilah selalu hati dan pikiran saudara agar hidup saudara sesuai dengan kehendak Allah.

NYANYIAN

NKB 14:1 JADILAH TUHAN KEHENDAK-MU

Jadilah, Tuhan kehendakMu!
‘Kaulah Penjunan, ‘ku tanahnya.
Bentuklah aku sesukaMu,
‘kan ‘ku nantikan dan berserah.

DOA HENING

LILIN PERTAMA DIPADAMKAN

PF:
Marilah kita memadamkan satu lilin sebagai pengakuan atas keberdosaan kita.

(Seseorang memadamkan satu lilin)

TOKOH KEDUA

Orang-orang menyebutnya sebagai batu karang.
Bagai batu karang yang tetap kokoh meski dihantam badai dan ombak, Dia selalu menunjukkan kalau imannya tak mudah digoncangkan.
Dia adalah Simon Petrus. Saat Yesus, gurunya berjalan di atas air, dia nekat mengikuti-Nya.
Saat orang lain menunjukkan keraguan siapa Mesias, dengan percaya diri ia menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
Saat Yesus memberitahukan penderitaan-Nya, dengan gagah ia menjawab: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” (Matius 26:34)

Bahkan saat Yesus ditangkap dan semua murid meninggalkan Dia dan melarikan diri.
Alkitab menuliskan bahwa “Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu.” (Matius 26:58)

Imannya tampak begitu kokoh dan kuat.
Sikap yang begitu ideal bagi seorang murid Kristus.
Namun manusia tetaplah makhluk yang memiliki keterbatasan.
Itu juga yang terjadi dengan Simon Petrus.
Cerita selanjutnya menjadi sejarah yang tak terlupakan, bahwa ia menyangkal Yesus sebelum ayam berkokok.
Seorang yang tampak kuat beriman, ternyata tidak luput dari kerapuhan.
Seorang yang begitu idealis, pun harus bertindak secara realistis sebagai manusia yang tidak sempurna.
Dan Allah pun tetap memakai Simon Petrus untuk meneruskan karya-Nya di dunia.

REFLEKSI DIRI

Pembacaan refleksi diri diiringi dengan instrumen lembut/pelan PKJ 42

PF:
Saudara, pernahkah saudara merasa lelah melihat realitas kehidupan?
Apakah saudara pernah merasa putus asa sebab diri yang saudara pikir kuat ternyata tidak sekuat bayangan saudara?
Apakah saudara pernah merasa putus asa oleh karena belum sempurna menghidupi kehendak Allah?
Pernahkah saudara kecewa pada diri sendiri karena gagal menjauhkan diri dari dosa?
Memang realitas hidup sering berbeda  dengan yang dibayangkan.
Saudara tidak bisa terus menerus merasa baik dan kuat. Saudara tidak bisa menjadi pribadi yang sepenuhnya sempurna.
Namun Kristus tetap merangkul saudara di dalam segala kerapuhan. Maka hidup beriman bukan bicara soal menjadi ideal dan sempurna.
Hidup beriman bicara soal kemauan diri untuk merendahkan hati di hadapan-Nya.
Maka, apakah saudara masih menyombongkan diri atas kelebihan yang dimiliki?
Apakah saudara masih merasa gengsi  mengakui keterbatasan dan kelemahan yang dimiliki?
Siapkah saudara untuk beriman dalam kerendahan hati agar mampu menghadapi segala realitas kehidupan?

NYANYIAN

PKJ 42 KU MOHON PENGAMPUNAN

Kumohon pengampunan, Tuhan, atas segala
dosa yang banyak kulakukan, Tuhan,
nyata di hadapanMu.

DOA HENING

LILIN KEDUA DIPADAMKAN

PF:
Marilah kita memadamkan satu lilin sebagai pengakuan atas keberdosaan kita.

 (Seseorang memadamkan satu lilin)

TOKOH KETIGA

Dia seorang gubernur dari kekaisaran Romawi.
Kaisar Tiberius menempatkannya menjadi pemimpin atas provinsi Yudea.
Tentu saja kemampuannya tidak dapat dipandang sebelah mata.
Dia punya wewenang mengadili segala perkara. Dia pasti berpengalaman untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
Dia adalah Pontius Pilatus.
Saat imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi membawa Yesus ke hadapan Pilatus, ia tidak mengalami kesulitan menyimpulkan  perkara yang ada.
Seru Pilatus: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya!”  (Yohanes 18:38b)

Ya! Pilatus menyadari bahwa Yesus tidak bersalah. Ia bahkan yakin bahwa Yesus layak dibebaskan.
Namun apa yang terjadi pada sosok yang yakin pada kebenaran dan keadilan ini?
Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!” (Matius 27:24)
Tahu apa yang benar dan adil tanpa keberanian menanggung risiko dan ketakutan kehilangan kekuasaan yang menjadi nikmat duniawi,
menjadikan Pilatus tercatat di dalam sejarah sebagai pribadi yang menyerahkan Yesus pada kematian-Nya.

REFLEKSI DIRI

Pembacaan refleksi diri diiringi dengan instrumen lembut/pelan PKJ 307

PF:
Apakah di sekitar saudara sedang terjadi ketidakadilan dan saudara enggan bertindak demi kemapanan diri saudara?
Apakah di sekitar saudara sedang terjadi ketidakbenaran dan saudara takut bertindak demi keselamatan diri saudara?
Jangan biarkan keengganan dan ketakutan saudara menjadi penyebab merajalelanya ketidakadilan dan ketidakbenaran.
Lebih beranilah untuk menanggung risiko,mengabaikan nikmat duniawi,
demi menegakkan keadilan dan kebenaran sebagaimana diteladankan Yesus di jalang sengsara-Nya.

NYANYIAN

KJ 169:1 MEMANDANG SALIB RAJAKU

Memandang salib Rajaku
yang mati untuk dunia,
kurasa hancur congkakku
dan harta hilang harganya.

DOA HENING

LILIN KETIGA DIPADAMKAN

PF:
Marilah kita memadamkan satu lilin sebagai pengakuan atas keberdosaan kita.

 (Seseorang memadamkan satu lilin)

TOKOH KEEMPAT

PF:
Dia seorang lelaki yang berasal dari Kirene, salah satu dari dua kota terbesar di Libya, Afrika Utara, dan dihuni cukup banyak oleh orang Yahudi.
Dia bukan orang Yahudi, dan pada awalnya bukan pula penganut agama Yahudi.
Dia adalah seorang penyembah berhala yang masuk agama Yahudi, dan merupakan orang yang sangat saleh.
Yang ia alami pun, menurut tuturan Alkitab, dapat disebut sebagai kesialan semata.
Dia adalah Simon dari Kirene. Pada suatu pagi, saat Simon mendekati pintu gerbang kota, dia melihat kerumunan orang keluar dari kota.
Mereka berteriak dan mengolok-olok tiga pria yang sedang memikul salib.
Salah satu dari mereka, yaitu Yesus, telah mengalami penyiksaan sepanjang malam.
Karena itu ia hanya dapat berjalan lambat sambil memikul salib-Nya.
Para tentara yang sangat ingin urusan ini segera berakhir, memerintahkan Simon, yang berdiri memandang Yesus dengan penuh empatik, untuk memikul salib Yesus.
Simon dari Kirene tak pernah menduga  bahwa ia akan ketiban beban atau dalam kacamata tertentu sial seperti itu.
Namun ia tidak memberontak pada kejadian yang tiba-tiba harus menimpa dirinya Pemaksaaan memikul salib yang tentu saja tak menyenangkan itu, ia terima dan jalani.
Ia tak pernah tau, bahwa hal yang ia lakukan karena dipaksa ini, di kemudian hari menjadi salah satu peristiwa tindakan cinta terbesar sepanjang sejarah.
Banyak orang selama berabad-abad telah bekerja keras dan berjuang untuk membuat nama mereka dicatat dalam sejarah, namun tak semua berhasil.
Sedangkan Simon dari Kirene malah dipaksa masuk ke dalam halaman sejarah.
Tanpa insiden yang tak menyenangkan memikul salib Yesus, dia tidak akan pernah dikenal.
Peristiwa pemaksaan memikul salib itu telah membuat Simon dikenal di seluruh dunia di mana pun Injil Yesus Kristus diwartakan.

REFLEKSI DIRI

Pembacaan refleksi diri diiringi dengan instrumen lembut/pelan KJ 376

PF:
Saudara, apakah anda merasa sedang dipaksa melakukan sesuatu saat ini?
Dipaksa mengerjakan sesuatu yang menurut anda bukan tangggungjawab anda?
Dipaksa segera bangkit dari peristiwa yang sangat melukai dan melakukan hal-hal yang lebih banyak dan berat dari apa yang menurut anda dapat anda lakukan?
Terimalah dan lakukanlah dengan rela.
Anda tak pernah tau dampak dari hal-hal yang anda kerjakan secara terpaksa pada saat ini, bagi diri anda dan orang lain di masa depan.
Maka terima dan kerjakan sajalah sebaik-baiknya.

NYANYIAN

KJ 376:1 IKUT DIKAU SAJA TUHAN

Ikut Dikau saja Tuhan,
jalan damai bagiku;
Aku s’lamat dan sentosa
hanya oleh darahMu.

Refrein:
Aku ingin ikut Dikau
dan mengabdi padaMu:
dalam Dikau, Jurus’lamat,
‘ku bahagia penuh!

DOA HENING

LILIN KEEMPAT DIPADAMKAN

PF:
Marilah kita memadamkan satu lilin sebagai pengakuan atas keberdosaan kita.

 (Seseorang memadamkan satu lilin)

TOKOH KELIMA

Dia pernah secara keliru disamakan dengan Maria dari Betania dan “perempuan berdosa” tanpa nama yang membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya serta melumuri kaki Yesus dengan minyak wangi. (Luk. 8:37-38).

Sehingga muncul keyakinan keliru bahwa ia adalah seorang pelacur atau pezina yang bertobat.
Padahal dia adalah salah seorang perempuan kaya yang mendukung pelayanan Yesus dengan kekayaan yang dimilikinya (Luk. 8:2-3).
Namanya Maria Magdalena.
Maria Magdalena memang pernah mengalami cinta yang luar biasa dari Tuhan.
Yesus mengusir tujuh roh jahat dari dalam dirinya. (Luk. 8:2; Mrk. 16:9).
Itu berarti Yesus membebaskannya secara sempurna dari ikatan dan perbudakan roh jahat yang tentu saja menyiksanya.
Ia mengalami kemerdekaan dari kuasa iblis.
Cinta luar biasa yang telah ia terima dari Yesus inilah yang kemungkinan besar kemudian mendorongnya dengan sepenuh hati mendukung pelayanan Yesus dan menjadi pengikut-Nya yang setia.
Ia bukan hanya mendukung pelayanan Yesus, ia pun setia mengiring Yesus sampai ke salib.
Meskipun ini ia lakukan dari jarak yang tak terlalu dekat, bersama dengan beberapa perempuan lainnya (Mrk. 15:40; Yoh. 19:25).
Ini tentu memiliki risiko. Ia dapat dianggap sebagai pengikut Yesus, sang terhukum.
Tak berhenti pada peristiwa penyaliban, Maria Magdalena melanjutkan unjuk kesetiaannya mengikut Yesus hingga peristiwa penguburan Sang Guru oleh Yusuf dari Arimatea (Mrk. 15:47; Mat. 27:61).
Kematian Yesus tak menyurutkan kesetiaan  dan pengabdiannya kepada Yesus.
Pada hari pertama minggu itu, ketika hari masih gelap, Maria Magdalena dan beberapa perempuan lain, bergegas menuju ke kubur Yesus.
Ia berjumpa dengan malaikat dan menjadi orang pertama yang mendengarkan berita tentang kebangkitan Yesus dan penyaksi pertama kubur Yesus yang sudah kosong dan pemberita pertama peristiwa kebangkitan Yesus. (Yoh. 20:11-18; Mat. 28:11-10).
Bertolak dari pengalaman dikasihi melalui pembebasan dari kuasa tujuh roh jahat, Maria Magdelana memutuskan untuk mengikut Yesus dan menjadi pemberita kebangkitan-Nya.

REFLEKSI DIRI

Pembacaan refleksi diri diiringi dengan instrumen lembut/pelan PKJ 154

PF:
Saudara, kita telah menerima begitu banyak kasih Tuhan.
Berbagai pembebasan pun telah kita alami dari-Nya.
Bahkan keselamatan kekal Tuhan anugerahkan kepada kita.
Apa yang sudah kita lakukan kepada Tuhan?
Tetap setiakah kita kepada-Nya,
ketika penderitaan maha hebat mendera hidup kita?

NYANYIAN

PKJ 154:1-3 SETIAKAH DIRIKU PADAMU

1
Setiakah diriku padaMu, Tuhanku?
Dan siapkah hatiku mengiringMu terus?
‘Ku harus mengaku tidak tekun,
semangat pun rentan
dan jiwaku yang rapuh
membuatku bercela.

2
Kau panggil aku, Tuhan, ‘ku datang padaMu
dengan rendah hatiku kut’rima tugasku.
Kobarkan semangat di hatiku,
kuatkan imanku
dan tuntun aku, Tuhan,
arahkanlah niatku.

3
Menapak jalan Tuhan, meski letih lesu,
tetap Engkau ‘kuturut, apapun maksudMu.
Engkaulah jalanku, kebenaranku,
Kaulah hidupku.
Jadikanlah hambaMu
berguna di ladangMu.

DOA HENING

LILIN KELIMA DIPADAMKAN

PF:
Marilah kita memadamkan satu lilin sebagai pengakuan atas keberdosaan kita.

 (Seseorang memadamkan satu lilin)

TOKOH KEENAM

Ia menyaksikan kebencian orang banyak terhadap Yesus.
Ia mendengarkan lontaran hinaan, ejekan, dan tuduhan kepada Yesus.
Ia menyaksikan penyiksaan yang dialami Yesus.
Ia juga mendengar teriakan Yesus:
“Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Ia menyaksikan tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah,
juga gempa bumi, dan bukit-bukit batu yang terbelah, dan kuburan-kuburan yang terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Tapi dia jugalah yang memimpin eksekusi menyaliban Yesus. Dan menurut Tradisi Gereja, ia adalah orang yang menikam lambung Tuhan Yesus dengan tombak.
Namun ia lakukan semua itu demi tanggungungjawab profesional, ketaatannya pada perintah pimpinannya.
Itulah sebabnya Yesus memohon: “Ampunilah mereka sebab mereka tidak tau apa yang mereka perbuat.”
Ia adalah Longinus, seorang perwira pasukan Romawi, Centurion, yang bertugas di Yudea di bawah komando gubernur, Pontius Pilatus.
Tapi semua yang ia dengar dari mulut Yesus, dan sikap Yesus terhadap hujatan dan derita yang mendera-Nya, telah mengguncang hatinya.
Sang perwira merasa aneh. Pria macam apakah orang ini?
Dia mulai merasa bahwa mustahil Yesus sekadar manusia biasa.
Maka ia tak mau berlama-lama dalam kesalahan yang telah disadarinya.
Dia tak mau terus menjadi bagian dari orang-orang yang telah menyalibkan Yesus.
Ia segera bertobat dan menyatakan pengakuan imannya: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah!”
Dan konon, menurut tradisi, Longinus kemudian menerima baptisan dari para Rasul dan memutuskan untuk meninggalkan dinas militer.
Longinus meninggalkan Yudea untuk berkhotbah tentang Yesus Kristus, Anak Allah di tanah kelahirannya Kapadokia, bersama dua rekan yang mengikutinya. Para murid Yesus menerimanya dalam komunitas, dan ia pun memberikan dirinya yang terbaik.

REFLEKSI DIRI

Pembacaan refleksi diri diiringi dengan instrumen lembut/pelan ”Berikan diri yang Terbaik”

PF:
Saudara, pernahkah anda, karena perintah atasan atau risiko pekerjaan yang sudah anda tau sebelumnya,
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan rasa keadilan atau mengingkari kebenaran?
Pernahkah anda, misalnya, membuat pembukuan ganda?
Atau menyiksa seseorang karena perintah atasan?
Atau tindakan lainnya yang anda lakukan karena pekerjaan atau profesi anda?
Dan kini rasa gelisah mengejar anda. Perasaan bersalah mengguncang jiwa.
Saudara, jangan berlama-lama menjadi bagian dari komunitas pelaku penindasan, ketidak-adilan, kebohongan.
Segeralah bertobat. Persembahkan diri yang terbaik kepada Tuhan.

NYANYIAN

BERIKAN YANG TERBAIK 5X

Tuhan menerima diriku, diterima apa adanya
Dan aku memberikan diri yang terbaik,
dari diri apa adanya

DOA HENING

LILIN KEENAM DIPADAMKAN

PF:
Marilah kita memadamkan satu lilin sebagai pengakuan atas keberdosaan kita.

 (Seseorang memadamkan satu lilin)

TOKOH KETUJUH

Dia tak serta-merta menerima anugerah kehamilannya.
Ia bahkan menolaknya, karena besar risiko yang akan ia terima oleh kehamilan itu, karena ia belum bersuami.
Ia menyanggah bahkan menolak dengan kritis perkataan malaikat:
“Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”
Kini, ketika Sang Anak itu sudah dewasa, dia harus menyaksikan penderitaan maha hebat yang dialami anak terkasih.
Pukulan, cambukan, olokan, hinaan, terlihat nyata lewat matanya dan terdengar jelas oleh telinganya.
Bahkan penyaliban Sang Anak terjadi di depan matanya, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Pilunya hati tak tergambarkan karena tak berdaya membela anak terkasih.
Bayangan kehilangan yang dicinta! Ia hanya bisa menatap anaknya dengan pedih.
Tak terlihat amarah dalam dirinya. Dalam pedih dia tetap mengingat segala sesuatu yang ia simpan dalam hatinya tentang anaknya.
Dan sama seperti pada awal kisah, ia rela menerima anugerah kehamilan tanpa suami,
demikian pun kini dalam pedih ia merelakan Sang Anak untuk berakhir di atas salib.
Sebab ia sadar, kematian Sang Anak adalah bagian dari rencana Allah bagi keselamatan dunia.
Dia adalah Maria bunda Yesus.

REFLEKSI DIRI

Pembacaan refleksi diri diiringi dengan instrumen lembut/pelan KJ 367

PF:
Merelakan hal-hal berharga, yang diperoleh dengan pengorbanan besar, sungguh tidak mudah dilakukan.
Bahkan ketika itu demi karya yang lebih besar bagi sesama pun.
Namun tidak mudah bukan berarti tidak bisa.
Maria telah membuktikannya.
Ia merelakan anaknya yang ia dapatkan dengan mengabaikan aneka risiko bagi dirinya, demi ketaatannya kepada Allah.
Demi keselamatan dunia.
Saudara apa hal-hal yang berharga dalam hidupmu?
Bersediakah engkau merelakannya demi karya yang lebih besar bagi sesama?

NYANYIAN

KJ 367:1 PADA-MU TUHAN ALLAHKU

Pada-Mu Tuhan dan Allahku,
kupersembahkan hidupku
dari Mu jiwa dan ragaku
hanya dalam-Mu ‘ku teduh
Hatiku yang Engkau pulihkan
pada-Mu juga kuberikan

LILIN KETUJUH DIPADAMKAN   (BERDIRI)

PF:
Marilah kita memadamkan satu lilin sebagai pengakuan atas keberdosaan kita.

(Seseorang memadamkan satu lilin yang berwarna putih. Setelah lilin mati, lonceng di gereja dibunyikan selama 30 detik—sementara keadaan gedung gereja gelap-gulita)

NARASI PENYALAAN LILIN

PF:
Gelap! Semuanya begitu kelam!
Beragam tindakan dosa, telah membuat dunia ini semakin gelap.
Tidak jarang manusia memaksakan kehendak pribadi;
merasa diri selalu baik dan sempurna;
takut untuk membela kebenaran;
berkeluh kesah karena merasa terpaksa;
tidak setia saat keadaan tidak baik;
enggan untuk melepas hal berharga demi sesama;
taat pada kekuasaan yang menindas,
dan melalukukan berbagai tindakan dosa lainnya yang membuat dunia semakin gelap dan kelam.

(seorang membawa lilin yang telah menyala dari bagian belakang ruang ibadah. Sepanjang narasi di bawah, lilin diarak secara perlahan menuju ke depan mimbar. Pemusik mulai memainkan instrumen Kidung Keesaan 235)

PF:
Namun lihatlah!
“Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”
Sang Terang tidak sirna!
Yesus mati di kayu salib, tetapi Ia tidak kalah.
Ia mati untuk membawa kemenangan, Ia mati untuk menghalau kegelapan, Ia mati untuk menunjukkan keajaiban cinta.
Maka, meskipun hari-harimu begitu kelam, hidupmu penuh sengsara dan derita,
teruslah melangkah dalam kehidupan sebab terang-Nya selalu menyertaimu.

(PF menyalakan kembali lilin putih menggunakan lilin yang diarak. Setelah lilin putih menyala kembali, umat langsung menyambut dengan menyanyi KK 235)

NYANYIAN

KIDUNG KEESAAN 235:1 MARI LIHATLAH HARI YANG TERKELAM

Mari lihatlah, hari terkelam
Kristus mendaki Kalvari
Dia didera duri dan cerca
dipaku, disalib

Refrein:
O, ajaib salib-Nya, o, ajaib kuasa-Nya
Manusia ditebus dan diampuni dosa-Nya

PENGUTUSAN

PF:
Umat yang terkasih, karena kesempurnaan cinta kasih-Nya,
Kristus memasuki malam yang penuh dengan penderitaan.

Umat:
Kami rindu mengenang malam itu!

PF:
Berjagalah dan berdoalah sebagaimana Kristus teladankan di Getsemani!

Umat:
Hati kami siap untuk berjaga dan berdoa

PF:
Terpujilah Kristus, Sang Anak Domba yang sempurna!

Umat:
yang kasih-Nya dirasakan kekal selama-lamanya.

BERKAT

PF:
Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Umat: (menyanyikan)
Hosiana, Amin.