Jefrie TY

Kemurahan Allah, Keselamatan yang Menyatukan

Roma 11:13-29

Di sebuah desa kecil yang terpencil, tinggal seorang wanita tua bernama Amina. Dia hidup dalam kemiskinan. Meskipun miskin, Amina dikenal sebagai wanita yang sangat murah hati.

Setiap hari, Amina membuka pintu rumahnya untuk anak-anak desa. Dia akan membagikan makanan yang dia punya, bahkan jika itu berarti dia harus mengurangi porsi makanannya sendiri. Ketika musim dingin tiba, Amina akan memberikan selimut dan pakaian hangat kepada mereka yang membutuhkan, meskipun dia sendiri harus menghadapi cuaca yang keras.

Suatu hari, ketika musim panas tiba, Amina mendengar tentang seorang keluarga yang baru saja kehilangan rumah mereka karena kebakaran. Mereka tidak memiliki tempat tinggal, makanan, atau pakaian. Tanpa ragu-ragu, Amina membuka pintu rumahnya sekali lagi. Kali ini, dia memberikan tempat untuk keluarga itu tinggal, memberi mereka makanan yang dia punya, dan berbagi pakaian. 

Orang-orang di desa tercengang melihat sikap Amina. Mereka bertanya-tanya bagaimana dia bisa begitu murah hati, terutama dalam kondisi sulitnya sendiri. Suatu hari, salah seorang anak bertanya kepada Amina, “Mengapa Nenek begitu murah hati padahal tidak memiliki harta yang banyak?”

Dengan senyum hangat, Amina menjawab, “Anakku, semua yang saya miliki adalah pemberian Allah. Dia telah memberikan saya apa yang saya butuhkan, dan saya ingin berbagi dengan orang lain apa yang telah Tuhan berikan kepada saya. Saya percaya bahwa Allah selalu menyediakan untuk kita semua, dan dengan berbagi, kita saling mendukung dan mempererat hubungan kita.”

Cerita Amina mengingatkan kita tentang kemurahan Allah yang tak terbatas. Allah memberikan kepada kita dengan kasih yang luar biasa, tanpa memandang status atau kelayakan kita. Seperti Amina, kita dipanggil untuk berbagi dengan sesama manusia, tanpa pamrih, dan dengan harapan bahwa tindakan kita dapat mencerminkan kasih Allah kepada dunia.

Dalam dunia yang penuh perbedaan dan keragaman, satu hal yang tetap tidak berubah adalah kemurahan Allah. Firman-Nya mengajarkan kita tentang bagaimana kasih karunia-Nya meluas kepada semua orang tanpa memandang latar belakang atau budaya. Ayat-ayat di Roma 11:13-29 membawa kita untuk merenungkan betapa besarnya rencana penyelamatan Allah yang menghubungkan kita semua dalam kasih-Nya.

Roma 11:13-29 berbicara tentang hubungan antara umat Israel dan umat non-Yahudi dalam rencana penyelamatan Tuhan. Di sini, rasul Paulus membahas bagaimana Allah tetap mempertahankan kasih dan rencana-Nya untuk Israel meskipun banyak orang Yahudi telah menolak Kristus sebagai Mesias.

Ayat 13-15: Paulus memulai dengan menyatakan bahwa ia adalah rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, tetapi tugas ini juga bertujuan untuk membangkitkan kecemburuan orang Israel. Dia mengajukan pertanyaan retoris tentang apakah penolakan orang Israel adalah kekal. Dia menjelaskan bahwa penolakan mereka membawa keselamatan kepada bangsa-bangsa lain, dan penerimaan mereka akan membawa kepada apa yang lebih besar lagi.

Ayat 16-24: Paulus menggunakan perumpamaan pohon zaitun untuk menggambarkan hubungan antara orang Israel dan bangsa-bangsa bukan Yahudi. Beberapa cabang (orang Israel) telah dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, sedangkan cabang-cabang dari pohon liar (bangsa-bangsa non-Yahudi) telah dicangkok ke pohon zaitun. Ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak hanya untuk satu kelompok etnis, tetapi terbuka bagi semua yang percaya kepada Kristus.

Ayat 25-29: Paulus menjelaskan bahwa Tuhan mempunyai rencana rahasia yang akan menyebabkan seluruh Israel diselamatkan pada akhirnya. Ada suatu waktu ketika kebanyakan bangsa-bangsa non-Yahudi akan datang kepada Kristus, dan itu akan memancing kecemburuan di antara orang Israel untuk mencari penyelamatan juga. Kesimpulannya adalah bahwa penyelamatan akhirnya akan merangkul semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, karena itu adalah rencana Allah dalam kemurahan-Nya.

Kemurahan memiliki makna yang dalam dan luas, terutama dalam konteks spiritual dan moral. Secara umum, kemurahan merujuk pada tindakan memberikan kasih, belas kasihan, dan bantuan kepada orang lain tanpa memandang balasan atau pamrih pribadi. Kemurahan Allah merujuk pada sifat dan tindakan Allah yang penuh kasih terhadap umat manusia. Kemurahan Allah terutama diwujudkan melalui pengorbanan Yesus Kristus sebagai jalan untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan memberikan kesempatan kepada setiap orang yang percaya untuk mendapatkan hidup kekal.

Dalam konteks pelayanan dan kemanusiaan, kemurahan merujuk pada tindakan-tindakan nyata seperti memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan, berbagi sumber daya, memberikan dukungan emosional, dan sebagainya. Ini mencakup sifat-sifat seperti belas kasih, penuh perhatian, dan kepedulian terhadap kondisi dan kebutuhan orang lain.

Dari ayat-ayat ini, kita bisa mengambil beberapa pelajaran berharga. Pertama, mari merenungkan betapa luasnya kasih Allah kepada semua orang. Kita dipanggil untuk tidak memandang rendah atau mengabaikan siapa pun karena latar belakang atau asalnya. Kita semua adalah bagian dari rencana penyelamatan Allah yang indah.

Kedua, dalam pelayanan kita di gereja dan dalam kehidupan sehari-hari, kita diajak untuk merangkul perbedaan dan mendorong persatuan. Allah menggunakan keragaman untuk menciptakan harmoni dalam tubuh Kristus. Karenanya, mari kita menunjukkan kemurahan hati kepada setiap orang yang kita jumpai, kepada mereka yang membutuhkan, tanpa memandang suku, agama, tingkat ekonomi, atau latar belakang lainnya. Kita menunjukkan kemurahan hati karena kita telah mengalami kemurahan Allah.

Follow us:               
Skip to toolbar