Jefrie TY

Roh Kebenaran dan Roh yang Menyesatkan

Jefrie Tien Yun

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan. 1 Yohanes 4:1-6

Sebelumnya saya mau klarifikasi dulu. Yang dimaksudkan dengan roh di sini bukanlah makhluk spiritual gaib, seperti hantu, jin, makhluk halus, atau bahkan malaikat. Yang dimaksud roh di sini adalah sesuatu yang menjadi dasar bagi kehidupan seseorang. Suatu yang menggerakkan kita untuk melakukan, bertindak, bersikap, bertutur-kata, berpikir, dan menjalani kehidupan. Roh ini adalah bagian non fisik di dalam diri kita yang menjadi dasar bagi kesadaran kita, keinginan kita, identitas dan entitas diri kita. Roh inilah yang menggerakan kita dalam menjalani kehidupan kita. 

Contoh sederhananya begini, kalau di jalan raya Anda sedang mengendarai kendaraan bermotor, kemudian lampu lalu lintas di depan Anda menyala merah. Apa yang Anda lakukan? Mungkin Anda akan berhenti, tetapi mungkin juga Anda akan tetap melanjutkan perjalanan, bahkan tancap gas. Pertanyaannya adalah apa yang membuat Anda berhenti atau membuat Anda tancap gas? Betul ada sebuah pengetahuan di dalam diri Anda bahwa menurut peraturan lalu lintas, lampu merah kita harus berhenti, lampu hijau kita harus jalan. Tetapi baik orang yang berhenti maupun yang terus berjalan, tahu peraturan itu. Jadi yang membuat kita berhenti atau lanjut dalam kasus ini, mestinya lebih dalam daripada pengetahuan kita.

Kita melangkah lebih dalam lagi. Kesadaran. Kesadaran bahwa taat pada peraturan lalu lintas itu baik. Tetapi bisa juga kesadaran bahwa di depan tidak ada polisi. Maksudnya sadar bahwa kalau kita langgar pun tidak akan terjadi apa-apa pada diri kita. Jadi kesadaran bahwa tidak melanggar peraturan lalu lintas belum cukup untuk membuat kita berhenti ketika lampu merah. Lalu kalau kita melangkah lebih dalam lagi, maka kita akan menemukan sesuatu di balik kesadaran itu. Sesuatu yang membuat kita sadar atau tidak sadar tentang apa yang kita lakukan. Ini yang dimaksudkan dengan roh. Roh inilah yang membuat kita berhenti dan tidak melanggar lampu lalu lintas. Roh yang seperti apa. Bisa jadi roh ketaatan, bisa juga roh ketakutan, takut ditilang. Kalau tidak ada polisi, roh ketakutannya hilang. 

Mengapa kita sering marah-marah? Karena itu digerakkan oleh roh yang ada di dalam diri kita. Mengapa kita selalu takut, khawatir, cemas? Karena roh di dalam diri kita yang membuat kita demikian. Mengapa kita begitu memperjuangkan keadilan dan kesetaraan? Karena roh itulah yang membuat kita melakukan sesuatu untuk menegakkan keadilan. Mengapa kita begitu mudahnya menolong orang? Karena roh yang membuat kita peduli. 

Kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan juruselamat kita itu karena ada sesuatu yang membuat kita percaya. Percayanya bukan hanya berdasarkan pengetahuan, tapi percaya yang lebih kepada mempercayakan diri, mengikuti, menaati, dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai patokan utama hidup kita. 

Jadi penulis surat Yohanes ini mengajak kita melihat hal yang paling dalam di diri kita, yaitu roh. Roh apa yang ada di dalam diri kita. Apakah Roh Allah, Roh kebenaran, atau roh dunia, roh yang menyesatkan?

Maksudnya bukan roh Allah sebagai suatu makhluk suci, tapi dalam pengertian yang sudah di jelaskan di awal tadi. Maksudnya apakah roh di dalam diri kita ini sudah selaras dengan roh Allah. Apakah Roh yang ada dalam diri kita ini membuat kita hidup dan bertindak sesuai dengan firman Allah? Jika tidak, berarti roh yang ada di dalam diri kita bukanlah roh kebenaran, melainkan roh yang menyesatkan. 

Demikian juga ketika mendengarkan suatu pengajaran. Apakah orang yang sedang mengajar itu menyampaikan firman Allah atau memutarbalikkan firman Allah. Apakah pengajarannya itu membuat kita menjadi lebih percaya dan taat kepada Kristus, atau justru membuat kita meragukan iman kita dan menjadi antikristus. 

Karena itu dikatakan dalam ayat 1 bahwa ada banyak nabi-nabi palsu yang menyesatkan. Di dalam bangsa Israel, nabi itu berperan menyampaikan firman Allah. Jadi kalau dibilang nabi palsu adalah mereka yang seolah-olah menyampaikan firman Allah, padahal isinya menyesatkan dan membuat orang jauh dari Allah. 

Zaman sekarang ini bukan soal orang dengan status nabi, atau pendeta, atau tokoh agama, tapi soal pandangan hidup yang berkembang dan populer, dari mana pun sumbernya. Pandangan hidup yang menyesatkan itu adalah pandangan yang sepertinya benar tapi sebenarnya keliru. Misalnya, pemahaman yang sedang populer saat ini tentang pernikahan. Pernikahan itu dianggap sesuatu yang buruk. Suami istri, anak orang tua, terluka karena hubungan pernikahan dan keluarga. Karenanya, kita tidak perlu menikah. Punya suami, istri, dan anak, dianggap merepotkan, membatasi, dan menyusahkan. Kita tidak bisa bebas berbuat sesuka hati padahal usia masih muda masih punya banyak tenaga dan punya fisik yang kuat untuk melakukan ini dan itu, untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya harta dan karya. Suami, istri, dan anak, dianggap sebagai beban hidup. Karena itu tidak perlu menikah. Apalagi orang Kristen, kalau sudah menikah tidak boleh bercerai. Nanti kalau sudah tidak cinta lagi, kalau merasa salah pilih, ya cuma bisa menerima penyesalan seumur hidup. Jadi mending tidak usah menikah, tidak usah punya anak. Kalau tidak menikah, kita bebas berhubungan dengan siapa pun, melakukan apa pun. Tidak ada yang melarang, dan tidak ada yang membatasi. 

Saudara-saudara, pertama-tama, benar bahwa ada banyak kehidupan pernikahan yang gagal, hancur, saling melukai, dan sebagainya. Kedua, menikah atau tidak menikah itu pilihan dan pilihan yang diambil bukanlah soal mana pilihan yang salah dan mana pilihan yang benar. Rasul Paulus tidak menikah, Petrus menikah. Jadi keduanya bisa menjadi pilihan hidup, termasuk untuk orang Kristen. Tapi yang ketiga, nah ini yang menyesatkan, adalah pandangan bahwa kita tidak perlu menikah supaya bisa bebas melakukan apa pun, menjalin hubungan dengan siapa pun, dan hubungan itu bisa diakhiri kapan pun kalau kita tidak suka lagi. Pandangan ini sama sekali tidak kristiani. Roh yang menggerakan tindakan ini jelas bukan roh Yesus Kristus. Mengapa? Karena Kristus mengajarkan tentang kasih, tentang kesetiaan. Orang yang menikah tapi merasa bebas melakukan apa pun terhadap pasangan dan anaknya, sama juga bertentangan dengan Roh Yesus Kristus.   

Saudara-saudara ini cuma contoh ya. Kita tidak bisa membahas ini panjang lebar di sini. Tapi firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk merenungkan 2 hal. Pertama, kita perlu terus berupaya agar roh yang ada di dalam diri kita adalah roh yang berasal dari Yesus Kristus dan itu terwujud dalam tindakan kita. Kedua, kita belajar membedakan antara Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan di dalam keseharian kita. Namanya juga menyesatkan. Menyesatkan itu sepertinya benar, tapi sebenarnya salah. 

Follow us:               
Skip to toolbar