menjadi murid

Pada suatu hari, Bob mendatangi sebuah padepokan pencak silat dan berjumpa dengan guru sekaligus pemilik padepokan tersebut. Ia ingin belajar dan menjadi murid dari sang guru.

“Guru, saya ingin mempelajari ilmu silat di sini. Tolong ajarkan saya agar saya bisa melindungi diri sendiri,” ujar Bob dengan penuh semangat.

“Dengan senang hati, saya akan mengajari Anda,” jawab sang guru dengan senyum.

“Kapan Anda ingin memulai pelajaran?”

“Segera!” balas Bob dengan antusiasme yang tinggi.

“Hmm.. Baiklah, mari mengikuti saya,” ucap guru tersebut seraya berjalan keluar rumahnya, diikuti oleh Bob.

Di luar, terdapat lapangan yang cukup luas dengan sebuah bak besar terbuat dari kayu di tengah-tengahnya, dikelilingi oleh dua keranjang anyaman bambu. “Silakan ambil air dari sungai menggunakan dua keranjang ini,” instruksi guru itu saat mereka berdiri di tengah lapangan, “kemudian isi bak besar ini hingga penuh dengan air!”

Bob terdiam sejenak, keningnya berkerut, menandakan kebingungannya. Ia tidak memahami kaitan antara mengisi bak dengan air dan belajar pencak silat. Lebih lanjut, ia bingung bagaimana mungkin mengisi bak dengan dua keranjang bambu. “Guru, saya datang ke sini untuk belajar silat, bukan untuk menjadi pekerja di padepokan ini!” protes Bob dengan nada tinggi. Tanpa memberikan jawaban, guru tersebut meninggalkan Bob yang masih terbengong-bengong di tengah lapangan.

Dalam kebingungannya, Bob akhirnya melakukan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Ia membawa dua keranjang bambu ke sungai dan mulai mengisi mereka dengan air. Namun, sebelum ia bisa mencapai bak, air sudah tumpah melalui celah-celah anyaman bambu. Hari demi hari, bahkan minggu demi minggu, Bob terus berusaha memenuhi bak itu dengan air dari sungai. Namun, suatu saat, ia merasa bahwa usahanya sia-sia. Dengan pakaian yang basah kuyup, ia mendekati gurunya. “Saya tidak bisa melaksanakan perintah Guru,” ucap Bob dengan nada putus asa, “Saya rasa saya telah gagal.”

Guru itu tersenyum lembut mendengar pengakuan Bob. “Siapa yang bilang kamu gagal? Perhatikan tubuhmu! Otot-otot di tangan dan kaki kamu telah berkembang pesat sejak kamu pertama kali datang ke sini. Sekarang, kamu telah menjadi lebih kuat dan siap untuk mempelajari jurus-jurus padepokan ini.” Bob terkejut mendengar penjelasan guru itu. Ia mulai menyadari perubahan yang terjadi pada dirinya. Ia tidak menyangka bahwa apa yang telah ia lakukan selama ini bukanlah sia-sia. Kini, ia mengerti bahwa tujuan dari perintah gurunya bukanlah untuk mengisi bak dengan air, melainkan untuk membangun kekuatan fisiknya.

Sebagai murid Kristus, terkadang kita mengalami situasi yang serupa dengan Bob. Kita mungkin tidak selalu mengerti atau memahami maksud dari perintah sang Guru. Bahkan, ada kalanya kita ingin menjadi murid, namun enggan untuk mendengarkan dan mengikuti arahan-Nya. Menjadi murid Kristus memerlukan kedisiplinan dan ketekunan, mirip dengan usaha Bob yang terus berupaya mengambil air dari sungai. Contohnya, kita perlu berdisiplin dalam berdoa, meskipun terasa bahwa Tuhan tidak menjawab doa kita. Kita juga harus tekun dalam mempelajari dan mendalami Firman Tuhan. Dengan kedisiplinan dan ketekunan ini, spiritualitas dan iman kita akan berkembang, membentuk kita menjadi seorang murid Kristus yang sejati.

Follow us:               
Skip to toolbar