Mengampuni itu sulit. Apakah ada cara supaya kita tidak perlu mengampuni orang lain? Anda perlu membaca artikel berikut ini supaya tidak perlu mengampuni orang lain.
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Matius 18:21-22
Seorang pasien bertanya kepada dokternya, “Dok, sampai berapa kali saya harus minum obat ini? Sampai tujuh kali?”
Dokter menjawab, “Obat ini harus diminum sampai Anda sembuh. Kalau Anda belum sembuh, berpuluh-puluh kali bahkan beratus-ratus kali Anda tetap harus minum obat ini. Dan, kalau Anda sudah sembuh, lalu suatu saat terserang penyakit yang sama lagi, Anda juga harus minum obat ini lagi.”
Banyak orang tidak mau minum obat. Obat itu tidak enak, pahit, susah ditelan, bahkan obat itu bisa menimbulkan ketidaknyamanan di dalam tubuh kita. Namun, obat itu membuat tubuh kita menjadi pulih, sakit yang kita derita menjadi lenyap.
Caranya supaya tidak sering minum obat adalah dengan menjaga kesehatan tubuh: makan makanan yang sehat, rajin berolah raga, menjaga pola makan. Dengan demikian, tubuh menjadi semakin kuat dan akan jarang terkena penyakit. Meski demikian, tidak berarti tubuh kita tidak akan terkena penyakit sama sekali. Orang sehat pun ada kalanya ia terkena penyakit tertentu. Dan ketika sakit, ia tetap harus minum obat. Namun paling tidak, frekuensi penderitaan karena penyakit akan berkurang dan efek yang ditimbulkan dari penyakit tersebut juga berkurang.
Pertanyaan Petrus ini sama seperti pertanyaan Pasien di atas. Petrus bertanya kepada Yesus apakah mereka harus mengampuni sampai 7 kali? Bagi Petrus, dan juga orang-orang Yahudi lainnya, mengampuni sampai 7 kali itu adalah batas pengampunan yang sempurna. Mereka tidak perlu lagi mengampuni kalau sudah 7 kali. Namun, jawaban Yesus di ayat 22 sama seperti jawaban dokter di atas. Yesus menunjukkan bahwa pengampunan itu tidak ada batasnya. Tujuh kali tujuh puluh bukan menunjukkan angka matematika 490, melainkan ungkapan tentang pengampunan yang tanpa batas. Kita harus mengampuni setiap kali orang menyakiti kita, tidak hanya sampai 7 kali saja, melainkan sampai ia berhenti melakukannya, atau sampai kita tidak merasakan sakit lagi sekalipun orang tersebut terus melakukan tindakan yang sama.
Pengampunan sama seperti obat. Mengampuni bisa membuat kita tidak nyaman, pahit, dan sulit dilakukan. Itu sebabnya banyak orang tidak mau mengampuni. Namun, pengampunan bisa memberikan efek kesembuhan. Lebih dahsyat lagi, pengampunan tidak hanya memberikan kesembuhan pada orang yang mengampuni saja, melainkan juga orang yang diampuni. Karena itu, sama seperti orang sakit memerlukan obat untuk kesembuhan, kita juga memerlukan pengampunan untuk membuat hidup menjadi lebih berkualitas.
Sama seperti tubuh, orang harus menjaganya agar sehat dan kuat, demikian juga hati dan perasaan. Kita tidak perlu mengampuni jika kita bisa membuat hati dan perasaan kita menjadi lebih sehat dan kuat. Mengampuni seseorang berarti ada suatu hal yang dilakukan orang tersebut terhadap kita yang melukai, menyakiti, bahkan menghancurkan hati dan perasaan kita. Karenanya, kita perlu memperkuat hati dan perasaan kita sehingga tidak mudah disakiti. Misalnya, kita tidak mudah sakit hati ketika ada orang menghina, atau tidak mudah tersinggung ketika ada membicarakan hal buruk tentang diri kita. Tentu saja itu bukan karena kita takut atau apatis, melainkan karena kita memiliki hati dan perasaan yang kuat.
Dengan memperkuat hati dan perasaan, tidak serta-merta membuat kita tidak mengampuni sama sekali. Ada saatnya kita harus mengampuni karena seseorang telah berhasil menyakiti hati dan perasaan kita. Namun, kita akan semakin jarang memberikan pengampunan karena kita semakin jarang disakiti. Kita akan semakin jarang disakiti karena hati dan perasaan kita semakin kuat.