menerima pertolongan

Kita seringkali mendengar peribahasa, “Lebih baik memberi daripada menerima”. Peribahasa ini memotivasi kita untuk selalu berbagi dan berbuat baik. Meski demikian, menerima pertolongan memiliki nilai dan manfaat yang tak kalah penting. Berikut adalah alasan mengapa kita harus terbuka untuk menerima pertolongan:

  1. Harga Diri Tetap Terjaga

    Menerima bantuan bukan berarti kita kehilangan harga diri. Banyak yang ragu menerima bantuan karena takut terlihat lemah. Namun, menunjukkan kelemahan kita pada saat-saat tertentu justru merupakan tanda keberanian dan kesadaran diri.

  2. Mengakui Kelemahan Diri

    Kita semua memiliki kekuatan dan kelemahan. Sementara kekuatan kita bisa digunakan untuk membantu orang lain, kelemahan kita kadang memerlukan tangan orang lain yang lebih kuat. Yang diperlukan adalah penerimaan akan ketidaksempurnaan diri sendiri sebelum kita menerima pertolongan dari orang lain.

  3. Membangun Hubungan

    Kesulitan atau kelemahan bisa menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan. Orang yang menolong kita tidak hanya menjadi teman karena rasa berhutang budi, tetapi juga karena kita membangun koneksi yang lebih mendalam dengan mereka. Bisa jadi, Tuhan memakai kesulitan hidup dan kelemahan diri agar kita berjumpa dengan orang-orang baik dan menginspirasi dalam hidup kita.

  4. Memberi Kesempatan Berbuat Baik

    Dengan menerima pertolongan, kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyebarkan kebaikan. Menolak bantuan berarti menghilangkan kesempatan ini. Membuka diri dan memberi kesempatan kepada seseorang untuk berbuat baik dalam hidup kita, itu juga merupakan kebaikan.

  5. Menghargai Kepedulian Orang Lain

    Menerima bantuan berarti kita menghargai ketulusan dan kepedulian seseorang, dan melepaskan segala kecurigaan. Kebanyakan orang selalu curiga terhadap kebaikan orang lain. Ungkapan Ada udang di balik batu selalu dijadikan alasan untuk kecurigaan tersebut. Dengan menerima pertolongan orang lain berarti kita melepaskan kecurigaan itu. Yang kita lihat adalah ketulusan dan kepeduliannya.

Tentu saja, rasa curiga itu penting untuk menjaga keamanan, khususnya dalam situasi yang tertentu. Misalnya, ketika berhadapan dengan orang asing yang menawarkan bantuan di ATM. Atau, seseorang yang tidak dikenal ingin masuk ke rumah kita. Di kota-kota besar seperti Jakarta, kejahatan bisa berkamuflase sebagai tindakan baik. Namun, kecurigaan tidak seharusnya menghalangi kita menerima kebaikan dari mereka yang benar-benar tulus.

Sebagai kesimpulan, hidup memang memerlukan keseimbangan antara memberi dan menerima. Saat kita memerlukan bantuan, janganlah ragu untuk menerimanya. Karena dalam setiap tindakan penerimaan, terdapat kebaikan dan kedamaian yang bisa kita raih.

Follow us:               
Skip to toolbar